Masih terasa kalau matahari
terbit dari utara. Anak-anak SD berangkat ke sekolah melewati posko. Sementara
aku masih pusing setelah semalaman membuat RPP seperti yang di minta oleh
kepala SD Negeri 1 Maneron awal pekan ini. Tim kedua yang ku tempati didalamnya
setelah berangkat pukul 09:00 sedangkan tim pertama telah berangkat pukul 06:30
tadi pagi. Semua sudah dipersiapkan hingga saat keberangkatan ponsel untuk
aktivitas internet dan blog desa kini akan macet. Ponselku rusak parah, layarnya
pecah, tidak respon lagi bila dioperasikan, hanya pemberitahuan saja yang
selalu menyala.
Aku senang, anak-anak
merespon dengan baik, pelajaran yang ku sampaikan sesuai dengan RPP yang ku
buat dan tentunya bersama Tias dan TIM. Tidak ada kendala dalam pengajaran.
Semua murid berantusias dengan baik. Semua siswa dapat mengikuti alur
pembelajaran seperti konsep dalam RPP.
Hari sudah siang kami diminta
untuk mengawasi seluruh kelas oleh guru dan kepala sekolah. Ku rasa kerja tim
ini akan ekstra. Tim kami harus mengatus murid-murid yang belum kami kenal.
Tentu memerlukan strategi khusus untuk mengatasi amanah ini. Lagi pula tim kami
tidak seluruhnya dari fakultas ilmu pendidikan. Namun pada intinya kami harus
berupaya mengondisikan kelas. Itulah tugas guru yang berat.
Guru-guru memulai rapat dan
kami pun memulai aksi untuk mengondisikan kelas tiga sampai kelas empat karena
kelas satu dan dua telah pulang pukul 10:45 tadi. Kami harus mengatasi anak
didik kami yang mulai berontak ingin pulang dan lain-lain. Pengondisian pun
mulai dilakukan pada setiap kelas yang masih masuk. Masing-masing anggota tim
ini harus berpasangan dengan anak yang berpengalaman dalam hal pendidikan anak.
Setiap kelas dimasuki sepasang pengajar. Sehingga akhirnya pengondisian kelas
selesai hingga jam pulang.
“aku baru kali ini melihat
tanganku dicium saat salaman bersama peserta didik” itulah yang diucapkan Risa
dan Maya saat jam pulang.
“ini adalah pengalaman
pertamaku dalam mengajar” ucap risa dengan raut wajah yang memerah
Sebelum kami pamit untuk
meninggalkan sekolah, kami dipersilahkan untuk ke ruang kepala sekolah.
Pikiranku sudah bermacam-macam sebab kondisi kelas yang saya hadapi tidak
sekondusif guru senior yang biasanya. Kami dipersilakan masuk ke ruang kepala
sekolah. Perasaan mulai dingin, apakah RPP yang ku buat akan dipermasalahkan
lebih lanjut.
“Silakan dinikmati, saya sudah,
tadi saat rapat” ucap kepala sekolah dengan ramah seperti biasa.
“Tidak mengapa, silakan saja.
Itu adalah jatah rapat tadi, kebetulan lebih. Jadi, silakan dinikmati” ujarnya
sambil masuk ke dalam ruangannya sementara kami berada di ruang tamu.
Aku ucapkan terima kasih
padanya sebelum kami menikmati hidangan ini. Memang itulah yang dapat ku terima
berdasarkan ceramah pekan lalu untuk berterima kasih kepada siapapun sebelum
apapun dimulai. Bukan berterimakasih untuk apapun setelah selesai.
Rujak khas yang seperti kami
temui di sekitar posko, ku rasa inilah adanya. Semuanya dapat bagian
masing-masing mendapat sebungkus rujak dengan longtong berkuah kacang
besertanya. Bungkus telah terbuka dan aku sendiri yang belum membukan bungkusan
yang disuruh untuk menikmati itu.
“Aku tidak mendapatkan
sendok” ucap Tias yang telah lama membuka bungkusan itu
“Pakai sendokku” aku
memberikan pada Tias
“Kamu bagaimana?”
“Tidak apa-apa, nanti saja”
Aku memberikan sendok yang
ada dipiringku kepadanya. Perasaanku masih tidak tenang. Apakah setelah ini
kami akan diceramahi oleh bapak soleh. Perlahan aku membuka bungkusa itu,
ternyata semua isinya sama dengan yang lain. Aku menyobek penggiran bungkusan
kertas sepanjang pinggiran bungkusa itu lalu ku lipat empat kali. Itulah
sendokku untuk hidangan ini. Ku mulai melahap hidangan yang diberikan kepala SD
Negeri 1 Maneron kepada kami. Aku baru mengunya dua kali lalu cucuk memberikan
sendoknya padaku.
Hari sudah siang, sekolah
mulai sepi, guru-guru pada pulang selain kami, kepala sekolah, dan guru
pemegang kunci sekolah ini. Kami mulai pamit dan berterima kasih atas
kesempatan yang diberikan pada kami. Akhirnya, kami dipersilahkan untuk
berenjak. Pikiranku yang tak enak mulai lega. Apa yang ku perkirakan sebelumnya
tidak terjadi. Sampai kami di posko KKN aku masih tak paham mengenai model
tertawanya saat kami beranjak dari sekolah siang tadi.
No comments:
Post a Comment